0282 695797

kesugihan.desa@gmail.com

Permohonan Online

Anda dapat mengajukan secara permohonan online

Produk Warga

Jelajahi produk lokal buatan dari para warga kami untuk Anda

Lapor/Aduan/Saran

Anda dapat melaporkan aduan dan memberi saran maupun kritik

Sejarah Desa

Tidak ada sumber primer, baik prasasti ataupun naskah tertulis yang menjelaskan sejarah awal keberadaan Desa Kesugihan. Sejarah Desa Kesugihan hanya dipahami dari cerita lisan yang disampaikan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Sejarah Desa Kesugihan: Asal Usul, Tokoh Pendiri, dan Perjalanan Desa dari Masa ke Masa

Desa Kesugihan, yang kini menjadi salah satu desa penting di Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, menyimpan sejarah panjang yang diwariskan turun-temurun melalui cerita para sesepuh. Dahulu, wilayah yang sekarang dikenal sebagai Desa Kesugihan dan Desa Kesugihan Kidul merupakan satu kesatuan. Baru pada tahun 1994, terjadi pemekaran wilayah yang menjadikan keduanya berdiri sebagai dua desa yang mandiri. Walaupun secara administratif telah menjadi dua wilayah berbeda, hubungan historis dan kultural keduanya masih terjalin erat hingga sekarang.

Menurut kisah yang diceritakan oleh para tokoh masyarakat, salah satunya Mbah Paidi, sejarah Desa Kesugihan tak lepas dari hadirnya seorang musafir dari Demak Bintoro bernama Bagus Santri atau dikenal pula sebagai Santri Undik. Konon, pada perjalanan dakwahnya dari arah Utara menuju Selatan, beliau singgah di sebuah perkampungan yang kala itu berada di tepi rawa.

Di tempat persinggahan itu, beliau menunaikan salat dan menancapkan dayung kayu jati yang dibawanya. Uniknya, dayung tersebut justru tertancap dalam posisi terbalik dan kemudian tertinggal begitu saja. Waktu berlalu, kayu jati itu tumbuh menjadi pohon besar dan oleh masyarakat setempat disebut sebagai Rawa Jati Sungsang—“sungsang” berarti terbalik. Tempat itu menjadi salah satu penanda sejarah sekaligus jejak keberadaan sang musafir.

Tak hanya singgah, Bagus Santri juga membangun mushola, pesantren, dan sebuah sumur yang dikenal sebagai Sumur Beji. Dari pesantren kecil itulah beliau mengajarkan ilmu agama kepada para santri. Karena ilmunya luas dan banyak orang yang datang untuk menimba pengetahuan, masyarakat menyebut wilayah itu sebagai tempat yang “sugih ilmu” — kaya akan ilmu. Dari sinilah nama Kesugihan lahir, sebagai cerminan desa yang makmur dalam pengetahuan, bukan hanya dalam materi.

Warisan keilmuan itu tetap hidup hingga kini. Desa Kesugihan dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan agama di Cilacap. Banyak pondok pesantren berdiri dan berkembang, menjadi tujuan para penuntut ilmu dari berbagai daerah. Nilai religius, keramahan masyarakat, dan semangat menuntut ilmu menjadi roh yang tak pernah lepas dari identitas desa ini.

Sejarah Kepemimpinan Desa Kesugihan dari Masa ke Masa

Selain kaya akan sejarah keilmuan dan budaya religius, perjalanan Desa Kesugihan juga dibentuk oleh kepemimpinan para kepala desa yang telah mengabdi sejak akhir abad ke-19. Setiap pemimpin hadir dalam suasana zaman yang berbeda—mulai dari masa kolonial, kemerdekaan, Orde Baru, hingga era digital sekarang.

Berikut jejak kepemimpinan Desa Kesugihan dari masa ke masa:

1. R. Sastro Dwirjo (1895–1913)
Salah satu kepala desa pertama pada masa kolonial Hindia Belanda. Pemerintahan desa saat itu masih sangat sederhana, namun menjadi fondasi awal bagi tata kelola desa berikutnya.

2. Mad Mustam (1913–1925)
Memimpin di tengah tekanan penjajahan, menjaga stabilitas sosial saat rakyat masih menghadapi kebijakan kolonial yang menekan, termasuk pungutan dan kerja paksa.

3. Yudro Drono (1925–1945)
Kepemimpinannya melewati periode penuh gejolak, mulai dari masa Belanda hingga pendudukan Jepang. Sebuah fase sejarah panjang yang membawa banyak perubahan sosial di desa.

4. Mulyo Sarkawi (1945–1946)
Menjabat pada tahun pertama kemerdekaan Indonesia—masa penuh semangat perjuangan sekaligus ketidakpastian di tingkat desa.

5. Arjo Prawiro (1946–1971)
Kepala Desa dengan masa jabatan terlama, 25 tahun. Ia memimpin desa melewati revolusi fisik, era Demokrasi Terpimpin, hingga awal Orde Baru. Pada masa ini, desa mulai bangkit dari sisa-sisa perang.

6. Abdul Hamid (1971–1989)
Era pembangunan nasional. Desa mulai merasakan program-program pemerintah seperti pembangunan infrastruktur, pertanian modern, dan penataan administrasi.

7. H. Nadir Suyuti (1989–1997)
Masa modernisasi desa mulai terasa. Pelayanan administrasi ditata lebih rapi, pembangunan fisik meningkat, dan desa mulai masuk ke era informasi.

8. H. Alip Suwarjono (1997–2001)
Tokoh yang dikenal bukan hanya sebagai Kepala Desa, tetapi juga seniman wayang dan dalang terkemuka pada masanya. Kepemimpinannya adalah kombinasi antara pemerintahan, seni, dan budaya. Ia memimpin di masa transisi besar nasional: dari akhir Orde Baru menuju era Reformasi.
(Tahun 2001–2005 desa dipimpin oleh Penjabat Kepala Desa / Pj. Kades)

9. Bambang Rujito, S.IP (2006–2012)
Kepala desa berlatar pendidikan pemerintahan modern. Pada masanya, tata kelola desa mulai terdigitalisasi, dan pembangunan terarah dengan pendekatan administrasi yang lebih terstruktur.

10. Yeto Susalit (2013–sekarang)
Memimpin di era digital dan keterbukaan informasi. Masa ini ditandai oleh pengembangan layanan berbasis teknologi, partisipasi pemuda, transparansi anggaran, serta penguatan identitas desa mandiri.

Lambang Kabupaten Cilacap

Peta Wilayah Kabupaten Cilacap

Silsilah Kepala Desa

Berikut silsilah Kepala Desa Kesugihan mulai dari
awal didirikan sampai dengan sekarang

R. Sastro Dwirjo

1895 – 1913

Mad Mustam

1913 – 1925

Yudro Drono

1925 – 1945

Mulyo Sarkawi

1945 – 1946

Arjo Prawiro

1946 – 1971

Abdul Hamid

1971 – 1989

H. Nadir Suyuti

1989 – 1997

H. Alip Suwarjono

1997 – 2001

Bambang Rujito

2006 – 2012

Yeto Salit

2013 – Sekarang